5 LEMBAGA SURVEI
Corruption Perceptions Index (CPI)
Corruption Perceptions Index (CPI) adalah adalah indeks
yang diterbitkan oleh Transparency International setiap tahunnya untuk
memberikan peringkat negara-negara "berdasarkan persepsi tingkat korupsi
sektor publik, yang ditentukan oleh penilaian ahli dan survei opini." Hal
ini bertujuan untuk melawan korupsi banyak mempublikasikan hasil survei terkait
penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi atau yang biasa kita
sebut dengan korupsi yang dilakukan politisi dan pejabat publik.
Hasil survei pada tahun 2020 yaitu Corruption Perception
Index memberi peringkat kurang lebih 179
negara. Indeks ini menunjukkan urutan – urutan negara sesuai dengan urutan –
urutan tingkat korupsi yang dilakukan berdasarkan persepsi dan pandangan
pengusaha dan analis di seluruh dunia. Korupsi yang dimaksud dalam survei ini
yaitu penyalahgunaan jabatan oleh pegawai dan kaum politisi untuk kepentingan
pribadi. Pada data survei diatas diketahui bahwa urutan petama tetap diduduki
oleh negara New Zealand sejak tahun 2019 dengan skor 88. Hal ini berarti
persepsi masyarakat tentang negara New Zealand bagus berkaitan dengan rendahnya
praktek korupsi yang ditandai dengan warna kuning pada gambar diatas. Urutan terakhir
yaitu 179 diduduki oleh negara Somalia dengan skor 12 dan ditandai dengan warna
merah hari (warna tergelap) hal ini menandakan tingkat korupsi di negara
tersebut sangat tinggi. Sedangkan negara Indonesia sendiri menempati urutan 102
dengan skor 37. Hal ini menunjukkan bahwa di Asia, negara-negara ekonomi utama
seperti India (40), Indonesia (37) dan Bangladesh (26) mengalami kemajuan yang
lambat dalam upaya anti-korupsi, dengan beberapa komitmen pemerintah untuk
melakukan reformasi belum terwujud secara efektif.
Sumber
:
https://www.transparency.org/en/cpi/2020/index/idn
Global Corruption Barometer (GCB)
Global Corruption
Barometer (GCB) adalah survei terbesar di dunia sebanyak
114.000 orang di 107 negara yang diterbitkan oleh Transparency International untuk
melacak opini publik tentang korupsi. Global Corruption Barometer bertujuan untuk
mengukur korupsi secara lintas negara dan memfokuskan terhadap pendapat publik.
Ekonomi
yang berkembang pesat, modernisasi yang cepat, dan pertumbuhan kelas menengah
yang berkelanjutan adalah beberapa tren utama yang membentuk Asia. Meskipun efek
mengganggu dari pandemi COVID-19 dan konsekuensi ekonominya tidak dapat
diabaikan, banyak negara di kawasan ini berhasil pulih dengan cepat, sementara
negara lain masih mengalami krisis kesehatan dan ekonomi ganda. Pada Barometer
Korupsi Global (GCB) - Asia, warga sangat sadar akan korupsi di seluruh kawasan
sebanyak 74 persen dari 20.000 peserta survei percaya bahwa korupsi pemerintah
adalah masalah besar di negara mereka, dan 1 dari 5 orang yang menggunakan
layanan publik dalam 12 bulan sebelumnya membayar suap.
Sebagai
salah satu survei terbesar tentang korupsi dan penyuapan, untuk pertama kalinya
GCB Asia menyoroti seperti pembelian suara seputar pemilu, pemerkosaan atau
penyalahgunaan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan atau keuntungan seksual,
dan penggunaan koneksi pribadi dalam mengakses layanan publik seperti perawatan
kesehatan atau pendidikan.
Sumber :
https://www.transparency.org/en/publications/gcb-asia-2020
Bribe Payers Index
Bribe Payers Index adalah klasifikasi dari 30 negara
pengekspor, berdasarkan tempat pemberian suap oleh perusahaan, kepada
pihak-pihak di luar negara asal mereka. Survei tersebut meneliti pemberian suap
oleh perusahaan yang berbasis di salah satu dari 30 negara pengekspor utama (di
tingkat regional atau global). Indeks tersebut didasarkan pada dua pertanyaan,
yang ditujukan kepada para eksekutif di perusahaan yang berbeda.
Indeks tersebut didasarkan pada Executive Opinion Survey
(EOS) yang dilakukan oleh World Business Forum. Forum Bisnis Dunia bertanggung
jawab atas koordinasi penelitian dan pengendalian kualitas data, tetapi Forum
mengandalkan jaringan lembaga yang melakukan penelitian di tingkat lokal. Mitra
Forum termasuk departemen bisnis universitas nasional, pusat penelitian
independen dan / atau organisasi bisnis. Tujuan yang dilakukan lembaga survei
Bribe Payer Index adalah untuk melihat berapa besar kemungkinan perusahaan
asing melakukan penyuapan saat transaksi di negara tempat beroperasi.
Posisi pertama ada negara Netherlands dan Switzerland,
artinya kedua negara tersebut tidak ada penyuapan dan kemungkinan korupsi juga
kecil tidak seperti negara lain. Hal itu terbukti dari skor yang mereka dapati
yaitu sebesar 8.8 dan jumlah observasi sebanyak 273. Di Indonesia mempunyai skor
yang rendah yaitu sebesar 7.1 dan jumlah observasi sebanyak 153 dimanya tindak
kecurangan penyuapan masih cukup tinggi. Hal ini berarti harus lebih menindak
tegas untuk kasus penyuapan dalam dunia bisnis agar tidak menganggu pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah skor yang
diperoleh suatu negara dan indikator berwarna merah maka negara tersebut masih
melakukan tindak kecurangan.
Sumber
:
https://www.transparency.org.ro/en/tiropage/bribe-payers-index-2011
Political & Economic Risk Consultancy
Political
& Economic Risk Consultancy adalah
perusahaan konsultan yang mengkhususkan diri dalam menyediakan informasi dan
analisis bisnis strategis untuk perusahaan yang melakukan bisnis di Asia Timur
dan Tenggara. Laporan Intelijen Asia adalah laporan independen dua mingguan yang
dibuat oleh Political & Economic Risk Consultancy yang berisikan tentang
serangkaian laporan risiko bisnis dan politik di negara-negara Asia dengan
memberikan perhatian khusus pada variabel sosial politik penting seperti
korupsi, risiko hak kekayaan intelektual, kualitas tenaga kerja, dan kekuatan
serta kelemahan lainnya dari masing-masing negara Asia. Di bawah ini adalah
bagan yang menunjukkan bagaimana keadaan negara lain dan di nilai dengan skala
dari 0 hingga 10, dengan 0 sebagai nilai terbaik dan 10 adalah yang terburuk.
Sejak awal Political & Economic
Risk Consultancy secara
konsisten menempatkan Singapura sebagai negara dengan tingkat korupsi terendah
dari 16 negara yang disurvei. Pada 2018, Singapura meraih skor 1.90 terendah di
antara negara-negara yang disurvei. Dan untuk negara tertinggi yaitu diduduki
oleh negara Cambodia dengan skor 8.13.
Sumber :
https://www.cpib.gov.sg/research-room/political-economic-risk-consultancy
Global
Competitiveness Index
Global Competitiveness Index adalah indeks yang berisikan laporan tahunan dengan memeringkatkan negara - negara yang diterbitkan oleh Forum Ekonomi Dunia. Sejak 1979 Global Competitiveness Report bertujuan untuk memperluas pandangan pembuat kebijakan, bisnis, dan publik tentang melihat melampaui pertumbuhan saja untuk meningkatkan produktivitas ekonomi dan ketahanan yang lebih luas dan untuk mengetahui tingkat kemampuan bersaing suatu negara tersebut dapat memberikan kemakmuran kepada warga negaranya. Global Competitiveness Index lebih memfokuskan beberapa hal, yaitu :
·
Lingkungan Pendukung
Lingkungan pendukung yang mencakup lingkungan pendukung ekonomi baik
lembaga formal maupun informal, utilitas dan infrastruktur seperti
transportasi, energi, air dan telekomunikasi; serta kerangka kerjanya kondisi
yang ditetapkan oleh kebijakan moneter dan fiskal, dan lebih luas lagi,
keuangan publik.
·
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah
pendorong utama kemakmuran ekonomi dan produktivitas. Bisa jadi dikembangkan
dengan memastikan individu mampu mempertahankan kesehatan yang baik, dan mereka
memilikinya keterampilan dan kemampuan yang diminta. Tantangan yang ditimbulkan
oleh pandemi COVID-19 telah menegaskan kembali kebutuhan untuk bergerak lebih
dari sekadar menyediakan akses dasar untuk pendidikan dan kesehatan. Ada juga
kebutuhan untuk beralih ke pasar tenaga kerja aktif kebijakan dan praktik
bisnis yang terintegrasi pendidikan dan kesehatan dengan pelatihan karir
menengah peluang yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja pasar, jaring
pengaman untuk saat gangguan tenaga kerja dan manajemen tenaga kerja yang
didukung oleh praktik berbasis prestasi.
·
Pasar
Pasar kompetitif sering kali
menghasilkan berbagai macam barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan manusia
yang ditawarkan dengan sebaik mungkin harga. Namun, ada kasus ketika pasar gagal
memberikan hasil terbaik, khususnya ketika ada kekuatan pasar yang
terkonsentrasi, informasi yang tidak lengkap, atau eksternalitas. Pandemi 2020 memperburuk
beberapa tren ini. Bagian ini meneliti evolusi pasar produk, pasar keuangan dan
perdagangan internasional juga sebagai peran kebijakan industri baru dalam
menyediakan arah baru untuk hasil pasar.
·
Ekosistem Inovasi
Ekosistem inovasi adalah proses
yang kompleks untuk menjangkau generasi ide, terjemahannya menjadi produk, dan
komersialisasi ini produk dalam skala besar. Keberhasilan ini perkembangannya
tergantung pada beberapa faktor, seperti budaya bisnis yang menghargai
kewirausahaan, pengambilan risiko dan keinginan untuk menerima perubahan, satu
set peraturan dan norma administrasi yang memberi insentif sikap ini, sektor
generasi pengetahuan yang kuat (universitas, pusat penelitian dan
laboratorium), dan kolaborasi antara pusat pengetahuan ini dan bisnis
komersial.
Telah
mewabahnya pandemi COVID-19 tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan global dan
mendalam resesi ekonomi lebih dalam dari kemerosotan selama krisis keuangan
2008–2009 tetapi sudah juga menciptakan
iklim ketidakpastian yang mendalam tentang prospek masa depan. Pada saat yang
sangat penting ini, ada permintaan yang terus meningkat “Membangun kembali
lebih baik”. Sedangkan prioritas langsung adalah untuk menanggapi krisis
kesehatan, saat ini waktu juga menawarkan kesempatan unik untuk merenungkan pendorong
fundamental pertumbuhan dan produktivitas yang telah terdegradasi sejak krisis
keuangan. Ini juga momen untuk menentukan bagaimana kita bisa membentuk sistem
ekonomi kita di masa depan tidak hanya produktif tetapi juga mengarah pada
lingkungan keberlanjutan dan kemakmuran bersama. Oleh karena itu, pada tahun
2020 Indeks Daya Saing Global (GCI) yang bertahan lama Peringkat telah dijeda.
Sebagai gantinya, Edisi khusus ini didedikasikan untuk mengelaborasi tentang
prioritas untuk pemulihan dan kebangkitan, dan mempertimbangkan blok bangunan
transformasi menuju sistem ekonomi baru yang bergabung. Di 2021, laporan tersebut
akan kembali ke benchmarking latihan yang akan memberikan kompas baru untuk arah
pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Dampak dari krisis kesehatan saat ini telah berdampak besar pada persepsi bisnis pemimpin, dan banyak dari persepsi ini telah terjadi ditangkap oleh Eksekutif Forum Ekonomi Dunia Survei Opini. Persepsi di beberapa daerah menunjukkan bahwa kemajuan di beberapa bidang terhenti secara kritis atau menurun selama krisis, sementara di daerah lain para pemimpin yakin ada peningkatan yang nyata dibandingkan dengan tren sebelumnya. Tabel 6.1 menunjukkan ringkasan dari lima area teratas yang berpengalaman gerakan yang paling ke atas atau ke bawah di dalam ekonomi maju dan berkembang.
Membandingkan pandangan para pemimpin bisnis di tahun 2020 dengan pandangan mereka selama tiga tahun sebelumnya itu muncul di negara maju sejak pandemi, telah terjadi :
- Penurunan yang nyata dalam persaingan dalam layanan (jaringan, profesional dan layanan ritel), mungkin didorong oleh ketergantungan yang berlebihan pada platform sejak awal berdirinya pandemi, menegakkan kembali ekonomi winnertake-all yang sudah tumbuh di pasar-pasar ini;
- Pengurangan dalam kolaborasi antar perusahaan, mungkin terkait dengan penguncian yang mengurangi pertukaran dan gerakan orang; dan
- Menemukan pekerja terampil menjadi lebih sulit, terutama karena kesenjangan dalam keterampilan yang dibutuhkan dalam fase ini (diarahkan ekonomi digital) semakin menguat selama pandemi.
Komentar
Posting Komentar